AGEN TEMANPOKER99 - Nikmatnya ngentot dengan tiga kakak beradik
Cerita ini
berawal ketika aku pacaran dengan Mila. Mila adalah seorang gadis
mungil dengan tubuh yang seksi dan mempunyai kulit yang putih mulus.
Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, hanya sekitar berukuran 34
lah. Selama pacaran, kami belum pernah melakukan hubungan sex. namun
kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks.
Mila memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. ukurannya kalau menurut perkiraanku sekitar 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Mila. Payudaranya yang menantang selalu saja bergoyang kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual dan cukup untuk membangkitkan gairahku.
AGEN TEMANPOKER99 - Nikmatnya ngentot dengan tiga kakak beradik |
“Hei, dapat darimana sayang?” tanyaku sedikit terkejut.
“Dari teman. Tadi dia titip ke Aku karena takut ketahuan ibunya”, katanya sambil duduk di pangkuanku.
“Nonton ini aja ya sayang. Mila kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit memaksa.
“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menyalakan TV.
Beberapa
menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang
ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Mila
yang duduk di pangkuanku. Mila pun memandang ke arahku sambil tersenyum.
Rupanya dia juga merasakan.
“Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari Mila yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras dan ingin segera di servis.
Lalu
beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang
bulat. Segera saja Mila kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya yang
nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri.
Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan
payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang
lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan
kugigit dengan lembut.
“Aahh…
ahh… sa.. sayang, Aku udah nggak kuat… emh… ahh… Aku udah mau keluar…
aackh… ahh… ahh!” Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku.
Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Tangan Mila meremas
batangku kontolku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya
memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain
dengan buah pelirku, Mila mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya.
Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi
kuakui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan
mengocok batang penisku, Mila memainkan puting susuku. Sehingga
membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku
tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya
yang masih perawan itu.
Saat
sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Mila sontak terkejut
bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan
berteriak kaget karena melihat keadaan kami berdua yang sedang bugil dan sedang melakukan hubungan sex.
“Kak Mila, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?” teriak Agnes. Sedangkan Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Mila saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya.
“Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya yang masih polos.
Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, “Agnes, Kakak sama Kak Mila kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya… kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah bisa apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. Agnes menggeleng perlahan.
“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.
“Mmh, Agnes malu ah Kak”, desahnya.
“Kenapa musti malu? Agnes suka nggak sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.
“Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Mila soalnya kakak kan pacarnya kak Mila”, jawabnya sambil memejamkan mata.
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes, aku beralih ke Elsa.
“Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.
“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.
Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya mungilnya, Elsa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Agnes. “Agnes, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah.
“Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.
“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.
Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya mungilnya, Elsa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Agnes. “Agnes, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah.
Segera
saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati
lidahnya. Agnes pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap
menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera
ditepiskannya tanganku.
“Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya. “Dibuka dulu ya!” kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.
Setelah
BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil
memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sedari tadi sudah mengeras itu.
“Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya
bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu
kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga”, kataku
sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya. Agnes mendesah
keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya
nafasnya saja yang kudengar makin memburu.
Segera kugendong dia menuju
ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya
masih sangat jarang dan tertata rapi. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya.
Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut
sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk
meremas-remas payudaranya adiknya itu. “Aahh… ach… ge… geli Kak. Tapi
nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.”
Setelah
puas dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa menjauh sedikit dari tempat
tidur. Mila kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Mila menyuruh Agnes
menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa. Kubuka
kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga
payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku. “Wah, tete kamu
bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku
sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar dan sudah mulai mengeras.
Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu. “Ahh, ah Kakak, bisa aja”, katanya
sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha
manjangkau penisku.
Melihat
dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke
vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena
kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya
yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat
daripada Mila. Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar
dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah dibasahi cairan cintanya. Begitu
terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat milik Mila, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat belahan vaginanya. Setelah
kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa
mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya.
Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang
putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.
“aahh, Kak… Elsa mau pipiss…” erangnya sambil meremas pundakku.
“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku.
Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat.
“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku.
Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat.
Setelah
selesai, kuajak Elsa kembali ke tempat tidur. Kulihat Mila dan Agnes
sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vagina mereka
masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya
keduanya sudah sempat orgasme. Karena Mila adalah pacarku, maka ia
yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Mila
nungging. “Sayang, Mila udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil
mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan
kemudian mengecup penisku dengan mesra.
Tanpa
berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka.
Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat
sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar
lebih masuk ke dalam. “Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Mila
mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga
akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan
penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin
beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah
sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan
perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah
dia rasakan sebelumnya.
Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Mila
menggeliat dan Mila mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya
kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai
disemprot oleh air hangat. Rupanya Mila sudah orgasme. Kucabut penisku
dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya.
“Kok ada darahnya sayang?” tanya Mila terkejut ketika melihat ke vaginanya.
“Kan baru pertama kali”, balasku mesra.
“Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Mila cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa.
“Kok ada darahnya sayang?” tanya Mila terkejut ketika melihat ke vaginanya.
“Kan baru pertama kali”, balasku mesra.
“Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Mila cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa.
Sambil
mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya.
Kusuruh Elsa mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan
payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit
penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan.
“Ooh… Elsa, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil
memaju-mundurkan pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar
kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan.
Setelah
beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan
kuarahkan ke mulut bawahnya. “kakak masukin sekarang ya?” kataku sambil
mengusapkan penisku ke bibir memeknya. Kusuruh Elsa lebih
mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam memeknya. Dibanding dengan milik Mila, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena
lebih lebar. Kedua jarinya membuka bibir memeknya agar lebih gampang
dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi
tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang
belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan
saat itu. Kupercepat kocokanku. “Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh…
ahh… mmh… aahh… Elsa udah mau ke… keluar.” Mendengar itu, semakin dalam
kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku. “Aahh… Kak… Elsa
keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir
kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak. “Elsa, nikmat khan?”
tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat. “Enak sekali Kak. Elsa belum
pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Elsa ngerasain lagi?”
tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya.
Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Elsa pindah mendekati Mila. Yang
kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Mila.
“Nah,
sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian,
untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan
payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras. “Agnes
jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya
yang mulai basah. Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku.
Kubimbing Agnes agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan
vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan
penuh nafsu.
Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian,
“Kak… aahh… ada yang… mau… keluar dari memek Agnes… aahh… ahh”,
erangnya sambil menggeliat-geliat. “Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja”,
kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas penisku
keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan
hangat. “Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…” jerit Agnes dengan
tangan meremas-remas payudaranya sendiri.
Setelah
kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok,
kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir
vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun
sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak.
Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menahan sakit.
Kulihat darah mengalir sedikit dari dalam vaginanya. Rupanya selaput daranya
sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan
pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke
vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit
kesakitan.
Untuk
mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan
lembut. Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya.
Lama-kelamaan Agnes mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya
sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin
basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun. “Aahh… aahh… aachk… Kak…
Agnes… mau keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah. Selesai
berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih
hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai orgasme, Agnes terkulai
lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat
bibirnya dengan mesra.
Setelah
kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat.
Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga.
Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka
secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani
yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya,
crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu.
Kukocok penisku lebih cepat lagi agar
keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya
tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu kemudian
menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, kubaringkan
diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di
samping kiriku, sedangkan Mila tiduran di tubuhku sambil mencium
bibirku. Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku,
sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang
senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula
semuanya. That was the best day of my live.
0 komentar:
Posting Komentar